Friday, December 23, 2011

hari ibu dan buat ibu...

Bismillah... semoga Allah selalu menjaga lisanku, tulisanku dari segala godaan duniawi. Semoga dapat diambil manfaatnya, dijadikan bahan pemikiran dan jika masih ada kurangnya, namanya manusia tidak ada yang sempurna.




Hari ini status temen teman hampir serupa yakni merayakan hari ibu, ada yang nylametin saya lwt hape, lewat FB semua saya balas dengan ucapan yang sama.. Tapi saya sendiri , pribadi gak terlalu antusias dengan hari ibu... dari awal dulu punya anak hingga sekarang tentunya. Banyak pastinya yang kontra dengan saya, itu wajar karena saya juga merasa aneh gak tertarik merayakan hari ibu.

Buat saya pribadi menjadi ibu adalah by choice dan by natural... emang kodratnya wanita jadi ibu, nothing special.
Juga gak pengen di istimewakan dan dianggap "suci dan sakral" oleh anak.
Saya sendiri sempet berpikir gak pengen punya anak... karena merasakan apakah saya bisa mengemban amanah Allah dengan baik, apakah anak saya nanti jadi nyaman dengan ibu seperti saya ? Dapatkah saya memberikan perhatian dan kasih sayang yang optimal kepada anak saya ?
Karena saya selalu merasa kalau tidak bisa optimal jangan dilakukan, juga untuk kasus mempunyai anak, jangan karena tekanan lingkungan dan secara natural bahwa menikah harus punya anak lalu kita pun memiliki anak, padahal secara mental kita sebenarnya belum siap jadi org tua..
Kita harus tau kapan kita siap menerima amanah Allah itu, menerima rejeki Allah tsb, karena rejeki terbesar yang diberikan oleh Allah pada kita adalah akal, kita diberi akal untuk berpikir secara logis tentunya.

Tetapi memang ketika kami kembali dari luar negeri, tekanan lingkungan dan keluarga sangat2lah menggangu, mereka tidak henti2nya menteror kami yang belum punya momongan... bahkan sampai ada yang menuduh bahwa kami sebetulnya bermasalah hingga belum punya momongan.... sadis abis. 

Ketika akhirnya saya memiliki amanah Allah tsb menjadikan saya berfikir bahwa seorang ibu adalah manusia biasa, ya pastinya banyak kurangnya, hanya mungkin sebagai orang yang lebih tua tentunya lebih banyak tau dan lebih banyak pegalaman hidupnya.
Kalau lebih pinter seh itu relatif, mungkin pada awalnya ibu lebih pandai dari anaknya tapi kemudian ketika anaknya mulai besar akhirnya lingkungan, kemajuan jaman juga pendidikan anak akan menjadikan anak tsb lebih pandai dari kita. 
Ketika hubungan antara ibu dan anak itu menjadi sangat erat, akrab dan saling mengisi, tentunya inilah yang kita harapkan, ketimbang berharap anak tersebut men-sakral-kan seorang ibu, tetapi hubungan antar ibu dan anak hanya secara vertikal saja.
Hubungan yang semacam itu pada akhirnya sang ibu juga gak pernah paham akan anaknya juga sebaliknya, hanya hubungan mereka lebih diartikan basa basi saja, hanya tau yang indah2, hanya tau yang manis2 saja, tidak saling mandalami pribadi masing masing.
Yang biasa disebut dengan hubungan basa basi dan hubungan yang " se ade2 nye"...
Dan ketika terjadi suatu perubahan dari anak , sang ibu sama sekali gak mengenal anaknya, hingga terkaget kok anaknya berubah seperti itu tiba2...
 Padahal umumnya manusia berubah itu secara gradually, hanya mungkin tidak disadari saja...karena memang tidak saling mengenal dengan dalam.

Pada stage seperti itu akhirnyalah terjadi kata2 : kok bisa berubah sepertu itu, padahal dulu engga begitu. Yang pada akhirnya kondisi akhir dari keputus asaan , sang ibu berkata : kamu durhaka lho ama saya kalau ......dan akhirnya kata2 kutukan ibupun turun.

Kalau dilihat dari satu sisi, mungkin saja si anak ini bersalah, namanya juga anak... 
Tapi apakah pernah disadari bahwa anak tsb ketika lahir bak kertas putih, yang menulisi adalah ortunya. Kemudian ketika anak mulai besar yang membentuk anak tsb adalah didikan ortunya , dan lingkungannya, baik dalam rumah maupun diluar rumah.  
Di sisi lain mungkin saja harapan ibu terlalu tinggi tanpa dibarengi dengan kasih sayang yang cukup, seperti hanya menuntut tanpa memberi, hingga sang anak merasa selalu kurang untuk membahagiakan ibunya..
Rasanya tuntutan macam itu , terlalu berlebihan, terlalu membuat sang anak merasa bersalah kurang membahagiakan ibunya... dll...atau bahkan takut kalau sampai ibunya akan mengutuk dia kalau tidak bisa memenuhi harapan ibunya. Itukah yang kita inginkan ?
Apakah tuntutan kita pada anak wajar ataukah terlalu muluk2 ? Perlu kita tanyakan sekali lagi pada diri kita sendiri , apa sebetulnya yang kita inginkan dari anak ?

Dan ibu yang baik adalah ibu yang tidak mudah mengutuk anaknya, ibu yang tidak mudah menghujat anaknya sendiri, selain gak baik juga terlalu mudah mengatakan : kamu durhaka lho kalau gak nurut apa kata ibu... bagaimana kalau diaminkan oleh malaikat ?
Inginkan kita mempunyai anak yang seperti kita hujatkan ?  Dipihak lain ibu yang baik adalah ibu yang kembali memohon kepada Allah ketika anaknya bermasalah, mohon ampun kepada Allah, mohon diberi petunjuk oleh Allah sambil juga berihktiar untuk menjadikan anak kita kembali kejalan yang benar... karena bagimanapun kondisi anak sekarang adalah hasil dari apa yang kita kerjakan pada saat anak tsb masih kecil, gak ada anak yang tumbuh baik atau pun buruk secara instant... pasti ada andil ortunya dan lingkungannya didalamnya. 
Juga karena anak adalah titipan Allah, yang merupakan cobaan terbesar untuk orang tuanya disegala kondisi, baik kondisi sukses maupun sebaliknya. 

Semoga kita menjadi ibu yang amanah, ibu yang disayang oleh anak tanpa harus membebani anak dengan tuntutan yang gak jelas....

Jadi inget lagunya ibu Sud yang penuh makna :

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa..
Hanya memberi tak harap kembali... bagai sang surya menyinari dunia...

InshaAllah kita semua bisa memberi kasih sayang yang tulus kepada anak kita, yang dapat menjadikan anak kita menjadi anak yang sholeh/ah, dan anak yang tau bersikap dan bertutur baik... Amien.

*kasih sayang pada anak tidak sama dengan memanjakan abis..tetapi memberinya pendidikan dan disiplin baik yang dan  dipoles dengan kasih sayang, sehingga tampak bukan bak " pendidikan militer" *